Pasangan Lukas Enembe – Klemen Tinal dipastikan menjadi salah satu pasangan calon yang memastikan diri maju dalam percaturan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Provinsi Papua periode 2011 – 2016 setelah sebelumnya pasangan Habel Melkias Suwae – Yop Kogoya juga lebih dulu memproklamirkan dirinya.

Keputusan keduanya berlabuh dalam satu perahu ini jelas mengejutkan banyak pihak, dan menurut pandangan beberapa pihak merupakan “keputusan yang salah” khususnya bagi Lukas Enembe karena tidak memiliki nilai jual karena menabrak rumus kombinasi “Gunung – Pantai”, atau “Non Muslim – Muslim” dan beberapa perhitungan – perhitungan politik lainnya.

Namun menurut salah satu kader Partai Demokrat yang kini menduduki kursi Wakil Ketua DPRP, Yunus Wonda, SH, justru keputusan partainya mengusung “duo gunung” ini dilandasi pada hasil survey popularitas dan elektabilitas keduanya, yang memiliki nilai jual tinggi. “Percuma memilih Cagub dan Cawagub yang tak mempunyai harga jual. Paket Enembe—Tinal   adalah paket menang. Tahun ini kami kerja untuk menang bukan kerja untuk dikenal karena untuk dikenal kami sudah  kerja lima tahun lalu,” tukas Wonda kepada Bintang Papua diruang kerjanya, Senin (4/7).

Menurutnya, sosok Klemen Tinal memiliki basis dukungan yang jelas baik di wilayah pegunungan maupun di wilayah pesisir pantai. Klemen Tinal juga  adalah seorang figur yang dikenal dan mengenal masyarakat diseluruh Papua.

Keputusan memilih Klemen Tinal juga dikatakan terkait erat dengan survey Cagub dan Cawagub Provinsi Papua yang dilakukan Lembaga Survey Indonesia (LSI) membuktikan Klemen Tinal mendapat dukungan luas dari seluruh masyarakat di Provinsi Papua.

“Kalau mau jujur Klemen Tinal  cukup punya  pengaruh besar sehingga keputusan DPP Partai Demokrat karena melihat hasil survey itu sehingga pilihan jatuh kepada Klemen Tinal dari sekian nama yang disurvey,” katanya.

Ditanya duet Lukas Enembe dan Klemen Tinal terkesan dipaksakan atau ada kompromi politik antara kelompok kepentingan elit tertentu dibantahnya sembari menegaskan, Lukas Enembe dan Klemen Tinal telah membangun komunikasi dan konsolidasi politik jauh – jauh hari sebelumnya. Dia  juga membantah  apabila terpilihnya Klemen  Tinal  lebih dilihat dari aspek financial.

“Financial itu hanya penunjang, tapi yang lebih utama rakyat melihat siapa figur yang akan dipilihnya. Intinya, rakyat mengetahui persis segala sesuatu yang telah dikerjakan Lukas Enembe dan Klemen Tinal selama ini,” tuturnya.

Ditanya kehadiran duet Lukas Enembe dan Klemen Tinal bisa melakukan reorientasi pembangunan di Provinsi Papua yang selama ini lebih dipusatkan di wilayah pesisir pantai Papua daripada di wilayah pegunungan Papua, dia menegaskan, tak perlu adanya dikotonomi antara wilayah pegunungan Papua dan wilayah pesisir pantai.
Pasalnya, Papua ini akan lebih sempurna apabila pemimpin yang tampil nanti mampu memadukan antara potensi yang ada di pegunungan dan pinggiran pantai. Kalau mau jujur wilayah pegunungan Papua acapkali disisihkan dan dianaktirikan dari seluruh proses pembangunan.

Dia mengatakan, pihaknya melihat lima  tahun terakhir ini dana yang dialokasikan untuk pembangunan di wilayah pegunungan sangat minim. Walaupun  di wilayah ini tingkat kesulitan jauh lebih tinggi dibanding dengan tingkat kesulitan di wilayah  wilayah lain.

Tapi pemimpin yang terpilih sebelumnya sepertinya setengah  hati untuk membangun di wilayah Pegunungan Tengah Papua sehingga dengan kehadiran Lukas Enembe dan Klemen Tinal yang  berasal dari wilayah Pegunungan Tengah Papua masing masingnya sangat memahami kebutuhan masyarakat di Pegunungan Tengah.

Apalagi keduanya kini menjabat Bupati sangat mengetahui setiap persoalan dan pergumulan yang dirasakan masyarakat di wilayah Pegunungan.

Kata dia, pembangunan yang  diinginkan  Enembe—Tinal tetap seimbang. Tak bisa begitu naik tahta dari wilayah Pegunungan  lebih banyak orientasi kepada wilayah Pegunungan itu tak adil. Tapi bagaimana pembangunan tetap disejajarkan antara  wilayah pegunungan dan pesisir, antara pulau dan pelosok ini yang  tetap disejajarkan tak boleh ada sedikit perbedaan  wilayah pegunungan dengan pesisir.

Tapi bagaimana mengubah Papua ini menjadi satu kekuatan  besar untuk mengubah seluruh pembangunan yang ada di wilayah Provinsi Papua ini.
“Jadi  tak harus ada lagi sedikit perbedaan antara pegunungan dan pesisir pantai, tapi kita harus melihat secara obyektif dan keseluruhan bahwa mengubah pegunungan itu sama saja dengan mengubah Papua. Kalau mengubah pesisir pantai sama saja dengan mengubah Papua,” ungkapnya.

Direktur La-Keda Institute, Papua Lamadi de Lamato yang dihubungi secara terpisah, mengatakan  Lukas Enembe berpasangan dengan Klemen Tinal itu tak ada bedanya dengan HMS berpasangan dengan Yop Kogoya. Mereka ini dimata sebagian besar masyarakat adalah pasangan yang kontroversial.

“Mestinya HMS lebih cocok dengan calon gunung lain, namun bukan dengan Yop Kogoya yang kurang populer di daerah gunung.  Saya pun bingung kenapa Lukas Enembe harus berpasangan dengan Klemen Tinal”, ujarnya

Menurutnya Lukas Enembe sudah cukup populer disemua kelompok, dan ia bukan politisi anak bawang lagi, jadi keputusannya menggandeng Klemen Tinal pasti sudah di dahului dengan perhitungan matang.

“Saya yakin ia mengambil wakilnya sudah dilakukan dengan pertimbangan yang sangat terukur.  Ia bukan pekerja politik dibelakang meja yang ongkang-ongkang kaki,” tukasnya.

Selama ini siapapun tahu Lukas Enembe adalah politisi yang merangkak dari bawah. karena itu ia sangat tahu apa yang harus dilakukannya dalam memenangkan revans politik (bertanding ulang)  pada tahun 2011 ini.
Lukas Enembe dan Klemen Tinal adalah dua simbol yang mampu “memakmurkan” rakyat. Khusus Klemen Tinal ia adalah figur yang kuat. Siapapun kandidatnya pasti menginginkan seorang wakil yang kuat dan berotot secara politik seperti Klemen Tinal. Dalam konteks itu, Lukas sangat brilian mengambil KT sebagai wakilnya.

Saya yakin mereka akan unggul baik dari tingkat elektabilitas maupun kemampuan mengakomodir kepentingan publik yang demokrasinya sangat transaksaional. Mereka sangat tahu apa yang menjadi kebutuhan publik dalam setiap kampanye maupun berkunjung ke publik.
Mereka adalah politisi yang siap menjadi pemimpin yang mampu menjawab semua “keluh kesah” publik yang sampai saat ini nasibnya masih sangat terpinggir di daerahnya yang kaya raya.

George Weyasu, SH, salah satu kandidat dalam Pilkada Kabupaten Sarmi yang di usung dari Partai Demokrat secara terpisah juga menegaskan bahwa keputusan Lukas Enembe menggandeng Klemen Tinal menurutnya adalah pilihan yang tepat dari sisi strategi marketing.

“mereka berdua seperti menabrak kebiasaan pasar yang sudah dibentuk dengan komposisi “Gunung – Pantai” selama ini, mereka berdua politisi yang benar – benar memahami kultur dan budaya serta adat – istiadat para pemilih (rakyat) di Papua, jadi bersatunya mereka saja menjadi sinyal awal bahwa sedikitnya 40 % suara sudah mereka kantongi”, katanya menganalisa.

Menurutnya lagi justru tinggal bagaimana mengemas dan mengkonsep strategi marketing politiknya ke depan, sehingga masyarakat juga memahami dan bisa mengerti keputusan keduanya untuk bersatu dalam satu perahu, padahal sebelumnya mereka sama – sama ngotot maju sebagai Papua Satu (Gubernur).

Dari sisi popularitas, marketing politik yang dilakukan tim Klemen Tinal selama ini benar – benar mampu mendongkrak nilai jual Klemen Tinal bukan hanya di kawasan pegunungan namun di daerah pesisir dan kalangan non Papua, sedangkan Lukas Enembe sebagai pembaharu dan motor penggerak anak – anak gunung, juga sudah memiliki basis massa yang jelas, dan memiliki pengalaman yang matang menghadapi Pilgub lima tahun sebelumnya.

“saya pikir mereka dua salah satu kandidat yang memiliki nilai jual tinggi, yang bisa mengimbangi sosok Barnabas Suebu bila jadi maju kembali, tapi bila Kaka Bas tidak maju, duet LE-KT memiliki peluang untuk menang sangat besar”, tandas George Weyasu menganalisa.

Sumber: (Bintang Papua)